Page 5 - RD YOS SOMAR DIDIK
P. 5

KENDALA-KENDALA  PENINGGALAN  AGAMA/PENJAJAH.

        II    Pola  mengajar  para  pemuka  agama  bertumpu  pada  menghafal
        teks-teks  Kitab  Suci,  tanpa  mempedulikan,  entah  para  penghafal
        mengerti  atau  tidak.

        Disamping  itu,  cara  mengajar  yang  bersifat  dogmatis  dan
        otoriter,  telah  meredam  murid  untuk  berpikir  kritis,
        bertanya  sesuatu  atau  berminat  pada  sikap  hidup  mandiri
        di  l uar  sekol ah.
        Pemerintah  kolonial  pun  tampil  dengan  meneruskan  gaya  otoriter
        itu.  Gaya  ini  tidak  hanya  menghambat  pola-pikir mandiri.
        Tujuan  pemerintah  kolonial  me-'rekrut'  kaum  muda  untuk  dibina
        agar  kemudian  menduduki  pos-pos  administratif,  telah  memupuk
        mental  'elite'  dalam  benak  kaum  muda.

        Mereka  hanya  mengejar  gelar  dan  ijzah,  tanpa  berusaha  memiliki
        keterampilan  khusus  dibalik  ijazah  itu.
        Lebih  parah  lagi  ialah  justeru  asosiasi  ijazah  dengan  kedudukan
        di  pos-administratif  begitu  kuat  sehingga   'kerja  keras  dengan
        sarana  tangan'  (manual  labor)  dirasa  hina  dan  dipandang  remeh.
        Masuk  sekolah  dan  memiliki  ijazah  lalu  menjadi  semacam  pelarian
        bagi  kaum  muda  agar  tidak  melaksanakan  'manual  labor'.
        Pemerintah  kolonial  yang  mengetahui  ketimpangan  ini,  justeru
        membiarkannya.  Sulit  meyakinkan  pemerintah  kolonial  untuk
        merubah  sistem  pendidikan  sekunder  dan  tertier,  misalnya  dengan
        membangun  sekol ah-sekol ah  keterampi 1 an  dan  tekni k.  II


              Harus  disebut  pula  kendala  lain,  yakni  sistem  pendidikan
        yang  mendiskriminasikan  kaum  wanita.
        Buktinya  ialah  tingginya  angka  buta-aksara  di  kalangan  wanita,
        dibandingkan  dengan  pria.

        Faktor  penyebabnya  sudah  bercokol  dalam  tradisi  sebelum  era
        kolonial;  tetapi  juga  karena  usaha-usaha  pemerintah  kolonial
        di  bidang  pendidikan,  tidaklah  intensif:  me-'rekrut'  kaum  muda
        untuk  bekerja  di  pos-administratif,  lebih  didominasi  kaum  pria,
        sebab  dulu  bukanlah  'job'-nya  kaum  wanita.  II


        II   Akhirnya,  jumlah  kelahiran  yang  begitu  tinggi,  disamping
        semua  kendala  yang  tersebut  diatas,  telah  melahirkan  mentalitas
        'status-quo',  baik  bagi  pengadaan  sekolah,  maupun  bagi
        permasalahan  di  bidang  pemberantasan  buta-aksara.
        Maka,  reformasi  di  bidang  pendidikan  mengalami  banyak  hambatan.11




                                          5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10