Page 6 - RD YOS SOMAR DIDIK
P. 6
PEMBERANTASAN BUTA-AKSARA.
II Sesudah kemerdekaannya, pemeri ntah negara-negara Asia
Selatan mencanangkan reformasi pendidikan dengan sangat gencar.
Pemberantasan buta-aksara menjadi tujuan utama waktu itu.
Banyak sekolah-dasar dibangun untuk maksud itu, tetapi dengan
demikian, pendidikan kaum dewasa jadi terlantar.
Jika di negara-negara seperti Skandinavia, Jerman dan Amerika,
sadar-huruf sudah sangat tinggi pada permulaan abad 19; maka
di Asia Selatan, pemerintah dan rakyat masih sibuk membenahi
negerinya yang kacau-balau akibat perang .
Program sadar-huruf akhirnya harus berjalan bergandeng-tangan
dengan program pembenahan ekonomi negara. Keasadaran baru ini
menimbul kan beberapa tanggapan : II
II-. Tak-begi tu perl u mengi ntensi fkan program pemberantasan
buta-aksara, karena rakyat jelata mampu diajarkan keterampilan-
keterampilan tertentu, tanpa harus mampu belajar membaca dan
menulis terlebih dahulu.
Pola-pikir seperti ini terlalu optimis dengan ide 'terampil
tanpa belajar baca tulis' dan sekaligus terlalu pesimis tentang
faedah bebas buta-aksara.
Justeru orang yang mampu membaca dan mengerti peta-peta
perencanaan, pun mampu membaca dan mengerti tuntunan-tuntunan
tertulis, akan lebih mampu bekerja sebagai karyawan, ketimbang
mereka yang masih buta-aksara.
Malahan, para petani yang mampu berhitung dan mampu membaca
pamflet-pamflet serta mengerti isinya, akan lebih terampil
dalam pekerjaannya ketimbang teman-temannya yang masih
buta-aksara.
Dengan pendek dapatlah disimpulkan bahwa usaha-usaha untuk
memajukan pemerintahan, membangun koperasi dan meraih teknologi
moderen berikut perkembangan industri di Asia Selatan, sangat
membutuhkan keadaan bebas buta-aksara total.
Ini prasyarat kemajuan. Bebas buta-aksara membuka banyak
kemungkinan-kemungkinan baru. Ia merupakan prasyarat bagi
penguasaan keterampilan dan perubahan atau perkembangan
sikap/per i-laku kritis-rasional.
6